Menurut Seri Ramli Mohamed Yoosuf, Direktur Departemen Investigasi Kejahatan Komersial (CCID) Bukit Aman di Malaysia, sebanyak 230 penipuan investasi telah diiklankan melalui TikTok sejak 2021, mengakibatkan kerugian melebihi RM15 juta.
Ramli melaporkan, jumlah penipuan investasi di TikTok terus meningkat sejak tahun 2021. “Tahun 2021 tercatat 13 kasus, tahun 2022 tercatat 27 kasus, tahun 2023 tercatat 59 kasus, dan pada Januari-Oktober tahun ini tercatat 131 kasus,” ungkapnya.
Dari segi kerugian finansial, RM0,41 juta hilang pada 2021, RM1,28 juta pada 2022, RM7,25 juta tahun lalu, dan RM6,39 juta sepanjang tahun ini.
Korban penipuan tahun 2024 ini terdiri dari 66 perempuan dan 65 laki-laki. Ramli mengungkapkan: “Usia terbanyak adalah usia 31-40 tahun yaitu sebesar 23%, disusul oleh usia 21-30 tahun sebesar 21,4%, usia 41-50 tahun sebesar 17,5%, dan usia 51-60 tahun. tua, terhitung 15,9%, dan 61-70 tahun berusia 15,1% dan 11-20 tahun, terhitung 7,1%.
Dia menambahkan, "Sebagian besar korban terdiri dari mereka yang bekerja di sektor swasta, mewakili 54% dari total korban sementara di antara korban lainnya adalah pensiunan (9,9%), pegawai negeri sipil (7,6%) dan pelajar (4,6%)."
Ramli menegaskan, polisi membagikan data untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan platform media sosial oleh sindikat penipuan investasi.
Ramli mendesak masyarakat untuk waspada terhadap skema investasi yang ditawarkan di platform media sosial. Jadilah pengguna media sosial yang cerdas dan ambil tindakan pencegahan untuk menghindari menjadi korban. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memeriksa dengan Komisi Sekuritas (SC) untuk memverifikasi apakah skema investasi itu sah.